Istirahat jam kantor, terkadang
saya tidak pulang kerumah untuk makan. Tetapi memilih jajan alias ngemil alias
makan-makanan ringan..hehehe..mungkin ini yang bikin badan saya cepat subur dan
pipi bengkak. Oh iya btw rumah saya dengan kantor sangat dekat. Mungkin sekitar
10 menit jika ditempuh dengan sepeda motor, 30 menit jalan kaki dan 1 jam jika
naik motor tapi ban nya bocor jadi harus nembel ban dulu..hehehe
Balik lagi soal “dunia jajan”,
entah kebetulan atau tidak, jajan yang saymakan ketika istirahat jam kantor
banyak yang berkategori makanan lama. Saya sebut lama karena makanan atau
minuman itu ada sejak dahuluu kala. Saya pernah beli jajan yang bernama “RANGEN”,
U Know rangen?..eh eh kok sok keminggris. Saya tidak mengerti pasti apa
bahan-bahan rangen tersebut, yang pasti ada unsur parutan kelapa dan ada gula.
Kalu dimakan dengan kondisi hangat..nyam nyam..wuenak poll… Lalu saya juga
pernah membeli “KRUPUK OPEL”. Ini krupuk yang dikasih sambel petis, dimakan
pagi,siang atau malam tetap nikmat.
Kesamaan dua makanan tersebut ada
sejak saya bangku SD, bahkan yang jual pun orang yang sama. Ada juga “ES TUNG
TUNG” , jajan ini ditawarkan keliling kampong, sang penjual membawa rombong
kecil lalu memutari kampung, ciri khasnya ada suara Tung..Tung ketika
mengelilingi kampug. Terkadang ada obrloan anatara saya dengan dengan penjual
makanan lawas, sang penjual bilang “dulu kamu masih kecil, eh sekarang beli dagangan
saya sudah besar”, lalu terkadang pula
beliau menanyakan kabar saudara atau orang tua saya.
Saya yakin banyak yang mengalami
kejadian ini. Seorang penjual makanan yang melewati jalan tempat tinggal kita,
begitu akrab dengan kita, bahkan beliau seperti tau perkembangan kita. Iya
benar itu semua karena beliau berjualan puluhan tahun dengan melewati rute
tempat tinggal kita.
Ada hal yang belum saya pahami
hingga saat ini, selain jajan yang saya sebutkan tadi. Masih banyak jajan yang
lain seperti “Arbanat”, “Tauwa”, “Arum Manis”, “Kue Leker” dan lain-lain.
Kesamaan Jajan tersebut adalah saya tidak tau sejak kapan dibuat, siapa
penemunya dan siapa pula yang memberi nama jajan tersebut..hehehe..
Saran saya, belilah jajan lawas
tersebut. Menjual jajan lawas sangat tidak muda ditengah gempuran makanan
modern atau khas luar negeri. Apa salahnya kita memberi apresiasi kepada mereka
yang menjual jajan lawas, dengan membelinya. Toh harga jajan lawas rata-rata
terjangkau. Jajan lawas tetap ada hingga saat ini, tapi tidak tau 10 atau 15
tahun kedepan apakah jajan lawas masih ada. Bisa jadi ada, bisa jadi anak cucu
kita tidak bisa menikmati jajan lawas yang beberapa jenisnya sudah saya
sebutkan tadi.
Karena dibalik kita membeli Jajan
Lawas, ada nilai-nilai keakraban antara penjual dan beli. Bahkan ada seperti
ikatan batin antara penjual dan pembeli. Sang penjual yang hafal dengan
pelanggannya kadang menanyakan kabar kita, saudara hingga keluarga. Para
penjual Jajan lawas juka tergolong orang-orang yang tangguh. Bertahun-tahun
berjualan dengan menu yang sama, digempur pula dengan makanan modern, tetapi
mereka tetap bertahan dengan jajan lawas nya. Maka dari itu mereka layak di
APRESIASI, caranya membeli apa yang
mereka jual.
MARI KITA LESTARIKAN JAJAN LAWAS
#DORP.3 (25 Feb 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar